GENERALISASI
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Logika
yang dibina oleh
Oleh Kelompok 6
nama
|
nim
|
|
|
|
|
|
|
|
|
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
JURUSAN EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
2016
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji dan
syukur kehadirat Allah SWT. Shalawat serta salam tidak lupa kami ucapkan untuk
junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Kami bersyukur kepada Allah SWT yang
telah memberikan hidayah serta taufik-Nya kepada kami sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini akan membahas tentang “Generalisasi”,
yang mana penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas kelompok
matakuliah Ilmu Logika.
Dalam
penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi, namun kami
menyadari bahwa kelancaran dalam penyelesaian makalah ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan dari orang lain, sehingga kendala-kendala yang
kami hadapi teratasi.
Semoga makalah
ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan khususnya bagi kami sehingga tujuan yang di harapkan dapat
tercapai, Amin.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb.
|
Pamekasan, 20 April 2016
Kelompok 6
|
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah
............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian
Generalisasi ..................................................................... 2
B. Macam-Macam Generalisasi ............................................................. 2
C. Pengujian Atas Generalisasi .............................................................. 3
D.
Generalisasi yang Salah .................................................................... 5
E.
Generalisasi Empirik dan Generalisasi dengan Penjelasan ............... 5
F.
Generalisasi Ilmiah ............................................................................ 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 9
B. Saran ................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam kehidupan sehari-hari tentunya kita pernah mengalami yang namanya
suatu kejadian yang berulang dengan hasil akhir yang sama dan dari apa yang
kita alami itu kita bisa menarik sebuah kesimpulan. Sebagai contoh ketika kita
berjalan di atas lantai yang berair kita terjatuh dan untuk kedua kalinya kita
coba kembali berjalan di atas lantai yang berair tadi maka kita terjatuh
kembali. Suatu ketika kita
bertemu lagi dengan kejadian tersebut, maka tentunya kita tidak akan berjalan
kembali di atas lantai yang berair tadi. Karena kita tau akan jatuh kembali. Penarikan kesimpulan yang umun dari beberapa
peristiwa-peristiwa individual ini disebut dengan generalisasi.
Untuk memperoleh sebuah kesimpulan umum (generalisasi) yang benar
diperlukan sebuah ilmu yang disebut ilmu logika. Ilmu logika ini membahas
tentang bagaimana kita bisa berpikir dengan benar.
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah
ini akan dibahas beberapa permasalahan yang diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Pengertian generalisasi
2.
Macam-macam generalisasi
3.
Pengujian atas generalisasi
4.
Generalisasi yang salah
5.
Generalisasi empirik dan generalisasi
dengan penjelasan
6.
Generalisasi ilmiah
C. TUJUAN PENULISAN
Penulisan
makalah ini bertujuan agar mahasiswa mampu mengetahui serta memahami apa yang
dimaksud dengan generalisasi,
macam-macamnya, syarat-syarat generalisasi, mampu membedakan generalisasi yang
salah, generalisasi empirik dan generalisasi dengan penjelasan serta tentang
generalisasi ilmiah
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
GENERALISASI
Generalisasi
adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual
menuju kesimpulan umum yang mengikat seluruh fenomena sejenis dengan fenomena individual
yang diselidiki.[1]
Menurut Gorys
Keraf dalam buku Argumentasi dan Narasi. Generalisasi adalah suatu proses
penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan
suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena tadi.[2]
Sama halnya
dalam buku Dasar-dasar Logika yang menyatakan bahwa generalisasi adalah suatu
penalaran yang menyimpulkan suatu kesimpulan bersifat umum dari premis-premis
yang berupa proposisi empiris. Prinsip yang menjadi penalaran generalisasi
dapat dirumuskan ”sesuatu yang beberapa kali terjadi dalam kondisi tertentu,
dapat diharapkan akan selalu terjadi apabila kondisi yang sama terpenuhi”.[3]
Pemikiran dapat
juga disebut peyimpulan (inferensi), pembuktian, maupun penalaran (jalan
pikiran). Jika dilihat dari bagaimana terjadinya pemikiran terbagi menjadi dua
yaitu pemikiran langsung dan pemikiran tidak langsung. Pemikiran tidak langsung
misalnya pemikiran yang terjadi melalui induksi, deduksi dan silogisme. [4]
Kesimpulan itu
hanya suatu harapan, suatu kepercayaan, karena konklusi penalaran induktif
tidak mengandung nilai kebenaran yang pasti, akan tetapi hanya suatu
probabilitas suatu peluang.[5]
Perhatikan gambar di bawah ini[6]
Jadi dapat
ditarik kesimpulan bahwa generalisasi adalah suatu pernyataan umum yang
menyimpulkan sejumlah premis-premis yang sama kondisinya.
B.
MACAM-MACAM GENERALISASI
Berdasarkan
kuantitas fenomena yang menjadi dasar penyimpulan, generalisasi dibedakan
menjadi dua macam, yaitu generalisasi sempurna dan generalisasi sebagian atau generalisasi
tidak sempurna.[7]
1.
Generalisasi sempurna adalah generalisasi dimana seluruh fenomena
yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki. Misalnya setelah kita memperhatikan
jumlah hari pada setiap bulan tahun Masehi mempunyai hari tidak lebih dari 31.
Dalam penyimpulan ini, keseluruhan fenomena yaitu jumlah hari pada setiap bulan
kita selidiki tanpa ada yang kita tinggalkan.
Generalisasi macam ini memberikan kesimpulan amat kuat dan tidak
diserang. Tetapi tentu saja tidak praktis dan tidak ekonomis.
2.
Generalisasi tidak sempurna yaitu generalisasi berdasarkan sebagian
fenomena untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang
belum diselidiki. Misalnya setelah kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia
bahwa mereka adalah manusia yang suka bergotong-royong, kemudian kita simpulkan
bahawa bangsa Indonesia adalah bangsa yang suka bergotong-royong, maka
penyimpulan ini adalah generalisasi tidak sempurna.
Meskipun macam generalisasi ini tidak menghasilkan kesimpulan
sampai ke tingkat pasti sebagaimana generalisasi sempurna, tetapi corak
generalisasi ini jauh lebih praktis dan lebih ekonomis dibandingkan dengan
generalisasi yang sempurna.
C.
PENGUJIAN ATAS GENERASLISASI
Untuk menguji
apakah generalisasi yang dihasilkan cukup kuat untuk dipercaya dapat kita
pergunakan evaluasi berikut:[8]
1. Apakah sampel
yang digunakan secara kuantitatif cukup mewakili. Memang tidak ada ukuran yang
pasti berapa jumlah fenomena individual yang diperluakan untuk dapat
menghasilkan kesimpulan yang terpercaya. Untuk dapat menentukan kadar
kejernihan air sebuah sungai cukup satu gelas bahkan bisa lebih sedikit dari
itu. Semakin banyak jumlah fenomena yang digunakan semakin kuat kesimpulan yang
dihasilkan.
2. Apakah sampel
yang digunakan cukup bervariasi.
3. Apakah dalam
generalisasi itu diperhitungkan hal-hal yang menyimpang dengan fenomena umum
atau tidak. Kekecualian-kekecualian harus diperhitungkan juga, terutama jika
kekecualian itu cukup besar jumlahnya.
4. Apakah
kesimpulan yang dirumuskan konsisten dengan fenomena individual. Kesimpulan
yang dirumuskan haruslah merupakan konsekuen logis dari fenomena yang
dikumpulkan, tidak boleh memberikan tafsiran menyimpang dari data yang ada.
Sudah diketahui
bahwa penalaran yang menyimpulkan suatu konklusi yang bersifat umum dari
premis-premis yang berupa proposisi empirik itu disebut generalisasi. Prinsip
yang menjadi penalaran generalisasi itu dapat dirumuskan demikian.
Apa yang
terjadi berkali-kali terjadi dalam kondisi tertentu, dapat diharapkan akan
selalu terjadi apabila kondisi yang sama terpenuhi. Dua kali kita jumpai apel
masam dalam kondisi keras dan hijau. Maka ketika melihat apel ketiga memenuhi
kondisi keras dan hijau, kita menyimpulkan, bahwa dapat diharapkan apel itu pun
masam rasanya.[9]
Kesimpulan itu
hanya suatu harapan, suatu kepercayaan, karena seperti dikatakan di atas,
konklusi penalaran induktif tidak mengandung kebenaran yang pasti, akan tetapi
hanya berupa suatu probabilitas, suatu peluang. Hasil penalaran generalisasi
induktif itu sendiri juga disebut generalisasi. Generalisasi dalam arti ini
berupa proposisi universal, seperti: “Semua apel yang keras dan hijau, rasanya
masam”; “Semua logam yang dipanaskan memuai”.
Supaya dapat diterima akal sehat, generalisasi itu:[10]
1.
Tidak boleh dibatasi secara numerik.
Misalnya
kalau ada generalisasi bahwa semua logam kalau dipanaskan memuai, maka
generalisasi ini tidak dibatasi sampai jumlah tertentu. Hukum ini harus berlaku
untuk jumlah logam yang tak terbatas.
2.
Tidak boleh dibatasi secara spasio/temporal (ruang dan waktu).
Generalisasi
ini harus berlaku dimana-mana dan dari dulu hingga masa mendatang yang tidak
terbatas. Prinsip ini tidak hanya berlaku di ruang tertentu atau pada waktu
tertentu.
3.
Dapat dijadikan dasar pengandaian.
Walaupun
sudah dikatakan bahwa generalisasi itu hanya mencapai kebenaran pada tingkat
probabilitas (kemungkinan), tetap saja generalisasi bisa dijadikan dasar
pengandaian. Ketika dibuktikan bahawa kaca juga memuai ketika kena panas, maka
tukang yang memasang kaca jendela harus juga menjadikan itu sebagai dasar pengandaian,
dan memberikan sedikit ruang yang longgar pada kaca jendela agar tidak pecah
ketika terpapar panas matahari.
D.
GENERALISASI YANG SALAH
Kita telah
mengetahui bahwa tingkat keterpercayaan suatu generalisasi tergantung bagaimna
tingkat terpenuhinya jawaban atas evaluasi sebagaimana tersebut di atas.
Semakin terpenuhinya syarat-syarat tersebut semakin tinggi tingkat
keterpercayaan generalisasinya dan begitu pula sebaliknaya.
Bagaimana juga ada kecenderungan umum untuk membuat generalisasi
berdasarkan fenomena yang sangat sedikit sehingga tidak mencukupi syarat untuk
dibuat generalisasi. Misalnya
ketika kita sulit berdialog dengan satu atau dua anak remaja kita langsung
menyimpulkan bahwa semua anak remaja itu sulit untuk diajak berdialog. Padahal
kita hanya mengajak dua anak remaja saja tidak semua anak remaja yang kita ajak
berdialog sehingga dengan hanya menggunakan sedikit fenomena ini saja ada
kecenderungan penyimpulan kita itu salah.
E.
GENERALISASI EMPIRIK DAN GENERALISASI
DENGAN PENJELASAN
Sebagaimana telah
disebutkan bahwa generalisasi (sudah barang tentu generalisasi tidak sempurna)
tidak pernah mencapai tingkat keterpercayaan mutlak namun kesimpulan yang
dihasilkan menjadi terpercaya manakala terpenuhi empat syarat yang telah
disebutkan di atas. Apabila generalisasi ini disertai dengan penjelasan
‘mengapa’ maka kebenaran yang dihasilkan akan lebih kuat lagi.
Generalisasi yang tidak
disertai dengan penjelasan mengapa-nya atau generalisasi berdasarkan
fenomenanya semata-mata disebut generalisasi empirik
Taruhlah kita
mempercayai generalisasi Darwin “semua kucing berbulu putih dan bermata biru
adalah tuli”. Pernyataan ini didasarkan atas generalisasi yang benar dan
terpercaya, sehingga kita semua mengakui kebenaran pernyataan ini. Tetapi
sejauh itu, pernyataan serupa ini hanya mendasarkan kepada fenomenanya, maka
hal ini adalah generalisasi empirik. Apabila kemudian kita dapat menjelaskan
mengapa kucing yang mempunnyai ciri-ciri serupa itu adalah tuli, yakni
menghubungkan bahwa ketiadaan pigmen pada bulu kucing dan warna matanya
mengakibatkan organ pendengarannya tidak berfungsi dan generalisasi ini disebut
generalisasi dengan penjelasan (explained generalization). Generalisasi ini
mempunyai taraf keterpercayaan hampir setingkat dengan generalisasi sempurna.
Kebayakan generalisasi
pada kehidupan kita adalah generalisasi empirik, yang berjalan bertahun-tahun
bahkan berabad-abad sampai akhirnya dapat diterangkan. Telah diketahui
berdasarkan generalisasi bahwa tanah yang ditanam secara bergantian dengan
jenis lain secara teratur akan menghasilkan panen yang lebih baik dibanding
jika ditanami dengan tanaman yang selalu sejenis. Ini diketahui sudah sejak
berabad-abad, tetapi sedemikian jauh masih merupakan generalisasi empirik.
Setelah bertahun-tahun
manusia mendasarkan tindakannya atas pengetahuan yang semata-mata empirik
kemudian menemukan rahasianya bahwa pergantian jenis tanaman akan menghasilkan
kesuburan bagi tanah inilah yang menyebabkan panenan berikutnya baik.
Pengetahuan kita sekarang ini, bahwa memanfaatkan tanah dengan menanaminya
secara bergantian akan menghasilkan panen yang bagus, menjadi pengetahuan
generalisasi dengan penjelasan, karena kita telah mengetahui hubungan
kausalnya.
Jadi benarlah bahwa
semua hukum alam mula-mula dirumuskan melalui generalisasi empirik kemudian
setelah diketahui hubungan kausalnya, maka lahirlah generalisasi dengan
penjelasn dan inilah yang melahirkan penjelasan ilmiah.
F.
GENERALISASI ILMIAH
Generalisasi
ilmiah
tidak berbeda dengan generalisasi biasa, baik dalam bentuk maupun
permaslahannya. Perbedaan yang paling mendasar adalah terletak pada metodenya,
kualitas data serta ketepatan dalam perumusannya. Generalisasi dikatakan
sebagai penyimpulan karena apa yang ditemui dalam observasi sebagai sesuatu yang
benar, maka akan benar pula sesuatu yang tidak diobservasi.
Tanda-tanda
penting dari generalisasi ilmiah dapat disebutkan sebagai berikut:[11]
1. Pengumpulan
data dilakukan dengan observasi yang cermat. Dilakukan oleh tenaga terdidik
serta mengenal baik permasalahannya. Pencatatan hasil observasi dilakukan
dengan tepat, menyeluruh, dan teliti; pengamatan dan hasilnya dibuka
kemungkinan adanya cek oleh peneliti terdidik lainnya.
2. Adanya
penggunaan instrumen untuk mengukur serta mendapatkan ketepatan serta menghindari
kekeliruan sejauh mungkin.
3. Adanya
pengujian, perbandingan serta klasifikasi fakta.
4. Pernyataan
generalisasi jelas, sederhana, menyeluruh dinyatakan dengan istilah yang padat
dan tematik.
5. Observasi atas
fakta-fakta eksperimental hasilnya dirumuskan dengan memperhatikan kondisi yang
bervariasi, misalnya waktu, tempat, dan keadaan khusus lainnya.
6. Dipublikasikan
untuk memungkinkan adanya pengujian kembali, kritik, dan pengetesan atas
generalisasi yang dibuat.
Ciri tersebut
di atas tidak saja berlaku bagi generalisasi ilmiah, tetapi juga bagi
interpretasi ilmiah atas fakta-fakta. Biasanya kita tidak dapat melakukan
pengetasan atas generalisasi ilmiah tersebut. Kita hanya bisa mengikuti
bagaimana penilaian para ahli yang mempunyai otoritas pada bidang permasalahaanya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Generalisasi
adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual
menuju kesimpulan umum yang mengikat seluruh fenomena sejenis dengan fenomena
individual yang diselidiki. Atau lebih mudahnya kita artikan generalisasi itu adalah suatu pernyataan
umum yang menyimpulkan sejumlah premis-premis yang sama kondisinya.
Berdasarkan kuantitas fenomenanya generalisasi ini terbagi menjadi dua
yaitu generalisasi sempurna dan generalisasi sebagian atau tidak sempurna.
Supaya didapatkan sebuah generalisasi yang kuat maka dibutuhkan beberapa syarat
dan supaya generalisasi itu dapat diterima oleh akal maka ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan yaitu generalisasi tidak boleh dibatasi secara numerik,
tidak boleh dibatasi secara spasio/temporal (ruang dan waktu) dan dapat
dijadikan sebagai dasar pengandaian.
Dalam melakukan generalisasi (menyimpulkan secara umum) kadang kita salah,
kesalahan ini bisa terjadi karena sedikitnya fenomena yang menjadi
acuan kita dalam menyimpulkan. Dalam generalisasi ada yang namanya generalisasi
empirik dan generalisasi dengan penjelasan. Generalisasi empirik adalah generalisasi berdasarkan fenomenanya semata-mata, sedangkan generalisasi dengan penjelasan adalah
sesuai dengan namanya generalisasi ini disertai dengan alasannya.
Adapula
yang namanaya generalisasi ilmiah generalisasi
ilmiah ini tidak
jauh berbeda
dengan generalisasi biasa, baik dalam bentuk maupun permaslahannya. Perbedaan
yang paling mendasar adalah terletak pada metodenya, kualitas data serta
ketepatan dalam perumusannya.
B. SARAN
Sebagaimana
layaknya karya manusia yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Kami perlu saran dan kritikan sehingga kedepan kami bisa menyusun
makalah yang jauh lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Mundiri. Logika.
Jakarta: Rajawali Pers. 2012
Wagiman. Pengantar Studi Logika. Yogyakarta:
Pustaka Book Publisher. 2009
Dahri Tiam, Sunardji. Langkah-Langkah
Berpikir Logis. Pamekasan:
Stain Pamekasan Press. 2006
Molan,
Benyamin. Logika Ilmu dan Seni Berpikir Kritis. Jakarta Barat: PT
Indeks. 2014
Keraf, Gorys. Argumentasi
dan Narasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Tama. 1994
Surajiyo,
Sugeng A dan Sri Andiani. Dasar-Dasar Logika. Jakarta: Bumi Aksara. 2005
Soekadijo, RG. Logika
Dasar, Tradisional, Simbolik dan Induktif. Jakarta: Gramedia Pustaka. 1991
Surajiyo, dkk. Dasar-Dasar
Logika. Jakarta: Bumi Angkasa, 2006
[1] Drs. H. Mundiri, Logika, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012),
hlm.145.
[2] Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Tama, 1994), hlm.43.
[3] Sugeng A Surajiyo dan Sri Andiani, Dasar-Dasar Logika, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2005), hlm.240.
[4] Prof. Drs. H. Sunardji Dahri Tiam, Langkah-Langkah Berpikir
Logis, (Pamekasan: Stain Pamekasan Press, 2006), hlm.42.
[5] RG Soekadijo, Logika Dasar, Tradisional, Simbolik dan Induktif,
(Jakarta: Gramedia Pustaka, 1991), hlm.134.
[6] Wagiman, S.Fil., S.H., M.H, Pengantar Studi Logika, (Yogyakarta:
Pustaka Book Publisher, 2009), hlm.30.
[7] Drs. H. Mundiri, Logika, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012),
hlm.146.
[8] Ibid, hlm.149-150
[9] Surajiyo, dkk, Dasar-Dasar Logika, (Jakarta: Bumi Angkasa,
2006), hlm.61.
[10] Benyamin Molan, Logika Ilmu dan Seni Berpikir Kritis, (Jakarta
Barat: PT Indeks, 2014), hlm.118.
[11] Drs. H. Mundiri, Logika, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012),
hlm.155-156.
A.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar