Rabu, 20 April 2016

generalisasi



GENERALISASI

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Logika
yang dibina oleh 

Oleh Kelompok 6
            nama
            nim
           
           
           
           
           
           
           
           


PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
JURUSAN EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
2016

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Shalawat serta salam tidak lupa kami ucapkan untuk junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Kami bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan hidayah serta taufik-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini akan membahas tentang “Generalisasi”, yang mana penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas kelompok matakuliah Ilmu Logika.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi, namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyelesaian makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan dari orang lain, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan khususnya bagi kami sehingga tujuan yang di harapkan dapat tercapai, Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.



Pamekasan, 20 April 2016



Kelompok 6

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................       i
KATA PENGANTAR .................................................................................       ii
DAFTAR ISI ................................................................................................       iii

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah ...................................................................       1
B.     Rumusan Masalah .............................................................................       1
C.     Tujuan Penulisan................................................................................       1
BAB II PEMBAHASAN

  Pengertian Generalisasi .....................................................................       2

B.     Macam-Macam Generalisasi .............................................................       2
C.     Pengujian Atas Generalisasi ..............................................................       3
D.    Generalisasi yang Salah ....................................................................       5
E.     Generalisasi Empirik dan Generalisasi dengan Penjelasan ...............       5
F.      Generalisasi Ilmiah ............................................................................       7
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan .......................................................................................       9
B.     Saran .................................................................................................       9
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................       10
BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam kehidupan sehari-hari tentunya kita pernah mengalami yang namanya suatu kejadian yang berulang dengan hasil akhir yang sama dan dari apa yang kita alami itu kita bisa menarik sebuah kesimpulan. Sebagai contoh ketika kita berjalan di atas lantai yang berair kita terjatuh dan untuk kedua kalinya kita coba kembali berjalan di atas lantai yang berair tadi maka kita terjatuh kembali. Suatu ketika kita bertemu lagi dengan kejadian tersebut, maka tentunya kita tidak akan berjalan kembali di atas lantai yang berair tadi. Karena kita tau akan jatuh kembali. Penarikan kesimpulan yang umun dari beberapa peristiwa-peristiwa individual ini disebut dengan generalisasi.
      Untuk memperoleh sebuah kesimpulan umum (generalisasi) yang benar diperlukan sebuah ilmu yang disebut ilmu logika. Ilmu logika ini membahas tentang bagaimana kita bisa berpikir dengan benar.
B.     RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini akan dibahas beberapa permasalahan yang diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Pengertian generalisasi
2.      Macam-macam generalisasi
3.      Pengujian atas generalisasi
4.      Generalisasi yang salah
5.      Generalisasi empirik dan generalisasi dengan penjelasan
6.      Generalisasi ilmiah
C.    TUJUAN PENULISAN
Penulisan makalah ini bertujuan agar mahasiswa mampu mengetahui serta memahami apa yang dimaksud dengan generalisasi, macam-macamnya, syarat-syarat generalisasi, mampu membedakan generalisasi yang salah, generalisasi empirik dan generalisasi dengan penjelasan serta tentang generalisasi ilmiah
BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN GENERALISASI
Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual menuju kesimpulan umum yang mengikat seluruh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang diselidiki.[1]
Menurut Gorys Keraf dalam buku Argumentasi dan Narasi. Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena tadi.[2]
Sama halnya dalam buku Dasar-dasar Logika yang menyatakan bahwa generalisasi adalah suatu penalaran yang menyimpulkan suatu kesimpulan bersifat umum dari premis-premis yang berupa proposisi empiris. Prinsip yang menjadi penalaran generalisasi dapat dirumuskan ”sesuatu yang beberapa kali terjadi dalam kondisi tertentu, dapat diharapkan akan selalu terjadi apabila kondisi yang sama terpenuhi”.[3]
Pemikiran dapat juga disebut peyimpulan (inferensi), pembuktian, maupun penalaran (jalan pikiran). Jika dilihat dari bagaimana terjadinya pemikiran terbagi menjadi dua yaitu pemikiran langsung dan pemikiran tidak langsung. Pemikiran tidak langsung misalnya pemikiran yang terjadi melalui induksi, deduksi dan silogisme. [4]
Kesimpulan itu hanya suatu harapan, suatu kepercayaan, karena konklusi penalaran induktif tidak mengandung nilai kebenaran yang pasti, akan tetapi hanya suatu probabilitas suatu peluang.[5]
Perhatikan gambar di bawah ini[6]
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa generalisasi adalah suatu pernyataan umum yang menyimpulkan sejumlah premis-premis yang sama kondisinya.
B.     MACAM-MACAM GENERALISASI
Berdasarkan kuantitas fenomena yang menjadi dasar penyimpulan, generalisasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu generalisasi sempurna dan generalisasi sebagian atau generalisasi tidak sempurna.[7]
1.      Generalisasi sempurna adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki. Misalnya setelah kita memperhatikan jumlah hari pada setiap bulan tahun Masehi mempunyai hari tidak lebih dari 31. Dalam penyimpulan ini, keseluruhan fenomena yaitu jumlah hari pada setiap bulan kita selidiki tanpa ada yang kita tinggalkan.
Generalisasi macam ini memberikan kesimpulan amat kuat dan tidak diserang. Tetapi tentu saja tidak praktis dan tidak ekonomis.
2.      Generalisasi tidak sempurna yaitu generalisasi berdasarkan sebagian fenomena untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diselidiki. Misalnya setelah kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia bahwa mereka adalah manusia yang suka bergotong-royong, kemudian kita simpulkan bahawa bangsa Indonesia adalah bangsa yang suka bergotong-royong, maka penyimpulan ini adalah generalisasi tidak sempurna.
Meskipun macam generalisasi ini tidak menghasilkan kesimpulan sampai ke tingkat pasti sebagaimana generalisasi sempurna, tetapi corak generalisasi ini jauh lebih praktis dan lebih ekonomis dibandingkan dengan generalisasi yang sempurna.
C.    PENGUJIAN ATAS GENERASLISASI
Untuk menguji apakah generalisasi yang dihasilkan cukup kuat untuk dipercaya dapat kita pergunakan evaluasi berikut:[8]
1.      Apakah sampel yang digunakan secara kuantitatif cukup mewakili. Memang tidak ada ukuran yang pasti berapa jumlah fenomena individual yang diperluakan untuk dapat menghasilkan kesimpulan yang terpercaya. Untuk dapat menentukan kadar kejernihan air sebuah sungai cukup satu gelas bahkan bisa lebih sedikit dari itu. Semakin banyak jumlah fenomena yang digunakan semakin kuat kesimpulan yang dihasilkan.
2.      Apakah sampel yang digunakan cukup bervariasi.
3.      Apakah dalam generalisasi itu diperhitungkan hal-hal yang menyimpang dengan fenomena umum atau tidak. Kekecualian-kekecualian harus diperhitungkan juga, terutama jika kekecualian itu cukup besar jumlahnya.
4.      Apakah kesimpulan yang dirumuskan konsisten dengan fenomena individual. Kesimpulan yang dirumuskan haruslah merupakan konsekuen logis dari fenomena yang dikumpulkan, tidak boleh memberikan tafsiran menyimpang dari data yang ada.
Sudah diketahui bahwa penalaran yang menyimpulkan suatu konklusi yang bersifat umum dari premis-premis yang berupa proposisi empirik itu disebut generalisasi. Prinsip yang menjadi penalaran generalisasi itu dapat dirumuskan demikian.
Apa yang terjadi berkali-kali terjadi dalam kondisi tertentu, dapat diharapkan akan selalu terjadi apabila kondisi yang sama terpenuhi. Dua kali kita jumpai apel masam dalam kondisi keras dan hijau. Maka ketika melihat apel ketiga memenuhi kondisi keras dan hijau, kita menyimpulkan, bahwa dapat diharapkan apel itu pun masam rasanya.[9]
Kesimpulan itu hanya suatu harapan, suatu kepercayaan, karena seperti dikatakan di atas, konklusi penalaran induktif tidak mengandung kebenaran yang pasti, akan tetapi hanya berupa suatu probabilitas, suatu peluang. Hasil penalaran generalisasi induktif itu sendiri juga disebut generalisasi. Generalisasi dalam arti ini berupa proposisi universal, seperti: “Semua apel yang keras dan hijau, rasanya masam”; “Semua logam yang dipanaskan memuai”.
Supaya dapat diterima akal sehat, generalisasi itu:[10]
1.      Tidak boleh dibatasi secara numerik.
Misalnya kalau ada generalisasi bahwa semua logam kalau dipanaskan memuai, maka generalisasi ini tidak dibatasi sampai jumlah tertentu. Hukum ini harus berlaku untuk jumlah logam yang tak terbatas.
2.      Tidak boleh dibatasi secara spasio/temporal (ruang dan waktu).
Generalisasi ini harus berlaku dimana-mana dan dari dulu hingga masa mendatang yang tidak terbatas. Prinsip ini tidak hanya berlaku di ruang tertentu atau pada waktu tertentu.
3.      Dapat dijadikan dasar pengandaian.
Walaupun sudah dikatakan bahwa generalisasi itu hanya mencapai kebenaran pada tingkat probabilitas (kemungkinan), tetap saja generalisasi bisa dijadikan dasar pengandaian. Ketika dibuktikan bahawa kaca juga memuai ketika kena panas, maka tukang yang memasang kaca jendela harus juga menjadikan itu sebagai dasar pengandaian, dan memberikan sedikit ruang yang longgar pada kaca jendela agar tidak pecah ketika terpapar panas matahari.
D.    GENERALISASI YANG SALAH
Kita telah mengetahui bahwa tingkat keterpercayaan suatu generalisasi tergantung bagaimna tingkat terpenuhinya jawaban atas evaluasi sebagaimana tersebut di atas. Semakin terpenuhinya syarat-syarat tersebut semakin tinggi tingkat keterpercayaan generalisasinya dan begitu pula sebaliknaya.
Bagaimana juga ada kecenderungan umum untuk membuat generalisasi berdasarkan fenomena yang sangat sedikit sehingga tidak mencukupi syarat untuk dibuat generalisasi. Misalnya ketika kita sulit berdialog dengan satu atau dua anak remaja kita langsung menyimpulkan bahwa semua anak remaja itu sulit untuk diajak berdialog. Padahal kita hanya mengajak dua anak remaja saja tidak semua anak remaja yang kita ajak berdialog sehingga dengan hanya menggunakan sedikit fenomena ini saja ada kecenderungan penyimpulan kita itu salah.
E.     GENERALISASI EMPIRIK DAN GENERALISASI DENGAN PENJELASAN
Sebagaimana telah disebutkan bahwa generalisasi (sudah barang tentu generalisasi tidak sempurna) tidak pernah mencapai tingkat keterpercayaan mutlak namun kesimpulan yang dihasilkan menjadi terpercaya manakala terpenuhi empat syarat yang telah disebutkan di atas. Apabila generalisasi ini disertai dengan penjelasan ‘mengapa’ maka kebenaran yang dihasilkan akan lebih kuat lagi.
Generalisasi yang tidak disertai dengan penjelasan mengapa-nya atau generalisasi berdasarkan fenomenanya semata-mata disebut generalisasi empirik
Taruhlah kita mempercayai generalisasi Darwin “semua kucing berbulu putih dan bermata biru adalah tuli”. Pernyataan ini didasarkan atas generalisasi yang benar dan terpercaya, sehingga kita semua mengakui kebenaran pernyataan ini. Tetapi sejauh itu, pernyataan serupa ini hanya mendasarkan kepada fenomenanya, maka hal ini adalah generalisasi empirik. Apabila kemudian kita dapat menjelaskan mengapa kucing yang mempunnyai ciri-ciri serupa itu adalah tuli, yakni menghubungkan bahwa ketiadaan pigmen pada bulu kucing dan warna matanya mengakibatkan organ pendengarannya tidak berfungsi dan generalisasi ini disebut generalisasi dengan penjelasan (explained generalization). Generalisasi ini mempunyai taraf keterpercayaan hampir setingkat dengan generalisasi sempurna.
Kebayakan generalisasi pada kehidupan kita adalah generalisasi empirik, yang berjalan bertahun-tahun bahkan berabad-abad sampai akhirnya dapat diterangkan. Telah diketahui berdasarkan generalisasi bahwa tanah yang ditanam secara bergantian dengan jenis lain secara teratur akan menghasilkan panen yang lebih baik dibanding jika ditanami dengan tanaman yang selalu sejenis. Ini diketahui sudah sejak berabad-abad, tetapi sedemikian jauh masih merupakan generalisasi empirik.
Setelah bertahun-tahun manusia mendasarkan tindakannya atas pengetahuan yang semata-mata empirik kemudian menemukan rahasianya bahwa pergantian jenis tanaman akan menghasilkan kesuburan bagi tanah inilah yang menyebabkan panenan berikutnya baik. Pengetahuan kita sekarang ini, bahwa memanfaatkan tanah dengan menanaminya secara bergantian akan menghasilkan panen yang bagus, menjadi pengetahuan generalisasi dengan penjelasan, karena kita telah mengetahui hubungan kausalnya.
Jadi benarlah bahwa semua hukum alam mula-mula dirumuskan melalui generalisasi empirik kemudian setelah diketahui hubungan kausalnya, maka lahirlah generalisasi dengan penjelasn dan inilah yang melahirkan penjelasan ilmiah.
F.     GENERALISASI ILMIAH
Generalisasi ilmiah tidak berbeda dengan generalisasi biasa, baik dalam bentuk maupun permaslahannya. Perbedaan yang paling mendasar adalah terletak pada metodenya, kualitas data serta ketepatan dalam perumusannya. Generalisasi dikatakan sebagai penyimpulan karena apa yang ditemui dalam observasi sebagai sesuatu yang benar, maka akan benar pula sesuatu yang tidak diobservasi.
Tanda-tanda penting dari generalisasi ilmiah dapat disebutkan sebagai berikut:[11]
1.      Pengumpulan data dilakukan dengan observasi yang cermat. Dilakukan oleh tenaga terdidik serta mengenal baik permasalahannya. Pencatatan hasil observasi dilakukan dengan tepat, menyeluruh, dan teliti; pengamatan dan hasilnya dibuka kemungkinan adanya cek oleh peneliti terdidik lainnya.
2.      Adanya penggunaan instrumen untuk mengukur serta mendapatkan ketepatan serta menghindari kekeliruan sejauh mungkin.
3.      Adanya pengujian, perbandingan serta klasifikasi fakta.
4.      Pernyataan generalisasi jelas, sederhana, menyeluruh dinyatakan dengan istilah yang padat dan tematik.
5.      Observasi atas fakta-fakta eksperimental hasilnya dirumuskan dengan memperhatikan kondisi yang bervariasi, misalnya waktu, tempat, dan keadaan khusus lainnya.
6.      Dipublikasikan untuk memungkinkan adanya pengujian kembali, kritik, dan pengetesan atas generalisasi yang dibuat.
Ciri tersebut di atas tidak saja berlaku bagi generalisasi ilmiah, tetapi juga bagi interpretasi ilmiah atas fakta-fakta. Biasanya kita tidak dapat melakukan pengetasan atas generalisasi ilmiah tersebut. Kita hanya bisa mengikuti bagaimana penilaian para ahli yang mempunyai otoritas pada bidang permasalahaanya.



BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual menuju kesimpulan umum yang mengikat seluruh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang diselidiki. Atau lebih mudahnya kita artikan generalisasi itu adalah suatu pernyataan umum yang menyimpulkan sejumlah premis-premis yang sama kondisinya.
Berdasarkan kuantitas fenomenanya generalisasi ini terbagi menjadi dua yaitu generalisasi sempurna dan generalisasi sebagian atau tidak sempurna. Supaya didapatkan sebuah generalisasi yang kuat maka dibutuhkan beberapa syarat dan supaya generalisasi itu dapat diterima oleh akal maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu generalisasi tidak boleh dibatasi secara numerik, tidak boleh dibatasi secara spasio/temporal (ruang dan waktu) dan dapat dijadikan sebagai dasar pengandaian.
Dalam melakukan generalisasi (menyimpulkan secara umum) kadang kita salah, kesalahan ini bisa terjadi karena sedikitnya fenomena yang menjadi acuan kita dalam menyimpulkan. Dalam generalisasi ada yang namanya generalisasi empirik dan generalisasi dengan penjelasan. Generalisasi empirik adalah generalisasi berdasarkan fenomenanya semata-mata, sedangkan generalisasi dengan penjelasan adalah sesuai dengan namanya generalisasi ini disertai dengan alasannya.
Adapula yang namanaya generalisasi ilmiah generalisasi ilmiah ini tidak jauh berbeda dengan generalisasi biasa, baik dalam bentuk maupun permaslahannya. Perbedaan yang paling mendasar adalah terletak pada metodenya, kualitas data serta ketepatan dalam perumusannya.
B.     SARAN
Sebagaimana layaknya karya manusia yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Kami perlu saran dan kritikan sehingga kedepan kami bisa menyusun makalah yang jauh lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Mundiri. Logika. Jakarta: Rajawali Pers. 2012
Wagiman. Pengantar Studi Logika. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher. 2009
Dahri Tiam, Sunardji. Langkah-Langkah Berpikir Logis. Pamekasan: Stain Pamekasan Press. 2006
Molan, Benyamin. Logika Ilmu dan Seni Berpikir Kritis. Jakarta Barat: PT Indeks. 2014
Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Tama. 1994
Surajiyo, Sugeng A dan Sri Andiani. Dasar-Dasar Logika. Jakarta: Bumi Aksara. 2005
Soekadijo, RG. Logika Dasar, Tradisional, Simbolik dan Induktif. Jakarta: Gramedia Pustaka. 1991
Surajiyo, dkk. Dasar-Dasar Logika. Jakarta: Bumi Angkasa, 2006


[1] Drs. H. Mundiri, Logika, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm.145.
[2] Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, (Jakarta: Gramedia Pustaka Tama, 1994), hlm.43.
[3] Sugeng A Surajiyo dan Sri Andiani, Dasar-Dasar Logika, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm.240.
[4] Prof. Drs. H. Sunardji Dahri Tiam, Langkah-Langkah Berpikir Logis, (Pamekasan: Stain Pamekasan Press, 2006), hlm.42.
[5] RG Soekadijo, Logika Dasar, Tradisional, Simbolik dan Induktif, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 1991), hlm.134.
[6] Wagiman, S.Fil., S.H., M.H, Pengantar Studi Logika, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2009), hlm.30.
[7] Drs. H. Mundiri, Logika, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm.146.
[8] Ibid, hlm.149-150
[9] Surajiyo, dkk, Dasar-Dasar Logika, (Jakarta: Bumi Angkasa, 2006), hlm.61.
[10] Benyamin Molan, Logika Ilmu dan Seni Berpikir Kritis, (Jakarta Barat: PT Indeks, 2014), hlm.118.
[11] Drs. H. Mundiri, Logika, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm.155-156.


A. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar